Catatan Harian Seorang Penulis Pemula: Manajemen Waktu

Catatan Harian Seorang Penulis Pemula: Manajemen Waktu
Bangga sekali ketika saya diberi kesempatan bekerja di salah satu media online di Padang. Saya bukan penulis handal, tetapi saya berusaha belajar untuk menjadi penulis handal. Saya belajar mengekpresikan apa yang saya tahu, apa yang ada di pikiran saya, soal perasaan, dan pendapat saya mengenai suatu hal. Saya harus meluangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang produktif.
Pagi, tepat pukul 05.30 WIB saya sudah bangun. Saya siap untuk melakukan aktivitas. Melipat selimut, menggulung tikar yang saya gunakan untuk alas tidur, dan membersihkan sampah-sampah di sekeliling tempat tidur. Hal-hal seperti ini biasa saya lakukan. Saya paham tidak ada orang lain yang akan melakukan pekerjaan saya tersebut. Saya yang pakai, saya yang gunakan, dan saya harus membereskan.
Pukul 05.40 WIB, saya segera mengambil wudhu untuk salat Subuh. Sudah terlambat dari jadwal seharusnya. Jadwal seharusnya yaitu pukul 05.08 WIB. Saya tahu, saya lalai. Namun, jika di pikiran saya sudah tertanam akan bangun pukul 05.30 WIB, maka saya akan bangun sesuai dengan waktu yang ada di pikiran saya. Begitulah saya di setiap harinya. Saya suka memikirkan hal-hal kecil yang akan saya lakukan sekaligus estimasi waktu untuk melakukan hal tersebut. Ini bisa terlihat saat saya melamun panjang. Bukan tatapan kosong. Melamun itu ada isinya. Saya lagi memikirkan apa yang akan saya lakukan ke depan. Saya akan berkonsentrasi memikirkan hal tersebut tanpa memerhatikan sekitar.
Butuh waktu kurang lebih 5 menit untuk salat. Pukul 05.50 WIB saya menyiapkan segala sesuatu yang akan di bawa ke kantor untuk pelatihan. Saya menyiapkan alat tulis, laptop, dan berkas-berkas yang akan di kumpulkan di hari pertama training. Setelah itu, saya mandi.
10 menit kemudian, saya sudah selesai mandi dan sudah berpakaian. Hanya kerudung yang belum terpasang. Saya harus merias wajah terlebih dahulu sebelum memasang kerudung. Setelah itu, baru saya memasang kerudung segi empat dengan balutan warna cream. Saya suka warna cream karena warna itu relatif lembut.
Singkat cerita, saya siap berangkat ke kantor. Jam tangan menunjukan pukul 06.30 WIB. Masih pagi. Training sebenarnya di mulai pukul 09.00 WIB. Masih ada waktu dua setengah jam lagi untuk saya melakukan aktivitas lain sebelum ke kantor. Mata saya tertuju pada handphone yang sedang di charger. Baterai handphone sudah terisi penuh. Saya mencabut charger dari colokan.
Setelah itu, saya aktifkan paket data internet. Saya searching berita-berita terbaru hari, Rabu (6/2/2019). Saya buka satu per satu menggunakan beberapa kata kunci seperti, “Berita Terbaru Hari Ini, Pilpres 2019, dan Padang”. Kemudian, klik news pada halaman beranda. Maka, akan muncul beragam jenis berita sesuai kata kunci yang sudah dimasukkan. Saya bebas memilih berita mana saja yang akan dibaca. Tak lama-lama membuka situs-situs tersebut, hanya butuh waktu 30 menit saja. Saya sudah mendapatkan beragam informasi terbaru dari beberapa media.
Tepat pukul 07.00 WIB, saya menaruh handphone ke dalam tas. Kemudian, menyandang tas untuk segera pergi. Ambil sepatu lalu berjalan menuju lantai utama. Pintu utama masih terkunci. Saya membuka kunci tersebut menggunakan sidik jari. Lalu, saya naik angkutan umum warna hijau untuk menjemput helm ke tempat teman saya di Simpang Malintang Jl. Kapalo Koto, Pauh, Kota Padang.
Saat menaiki mobil saya sedikit kesal. Belum sempat saya duduk, mobil tersebut sudah berjalan. Saya sempat oleng dan hampir jatuh. Beginilah angkutan umum Kota Padang. Jauh dari pelayanan baik. Mereka sibuk mengejar setoran tanpa memikirkan keselamatan. Ugal-ugalan di jalan.
Saya turun di simpang tiga Pasar Baru. Hanya dengan membayar Rp 3 ribu saya sudah sampai.  Kemudian, saya berjalan menuju kos teman saya. Di perempatan jalan saya berhenti untuk sarapan pagi. Lontong menjadi pilihan saya saat itu. Dengan Rp 6 ribu, saya sudah kenyang. Alhamdulillah, ucap saya kala itu.
Waktu sudah menunjukan pukul 07.15 WIB, saya membayar lontong tersebut. Kemudian, kembali melanjutkan perjalanan. Sesekali saya melihat ke arah perempatan jalan yang macet karena kendaraan pengendara yang bersiap untuk beraktivitas. Ada yang ke kampus, ke kantor tempat bekerja, dan lain sebagainya. Polisipun sibuk menertibkan lalu lintas saat itu. Sayang sekali, tidak ada lampu lintas di perempatan itu. Sehingga polisi perlu berjaga di setiap pagi mengatur semerawutnya kendaraan pagi itu.
Pandangan saya kembali ke depan dan melangkah ke kos teman saya. Setibanya di sana, saya mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Teman saya sudah tahu maksud kedatangan saya. Dia langsung menyodorkan helm kepada saya. Saya langsung menerima helm tersebut. Namun, saya tak lekas pergi. Saya memanfaatkan waktu sebentar untuk sekadar bertanya mengenai kondisi dan aktivitas teman saya itu. Dia juga tak segan untuk menceritakannya.
Tiga puluh menit berlalu. Saya kembali ke perempatan. Sebab, saya dan rekan kerja saya, Metriadi akrab disapa Memet, sudah janjian untuk berangkat ke kantor bersama di perempatan tersebut. Saya menunggu Memet di kursi tempat ibu penjual lontong tadi. Sembari menunggu, saya kembali membuka handphone. Kali ini hanya untuk membaca pesan whatsapp dari teman-teman saya. Dan sesekali mengecek media sosial instagram. Apakah ada pemberitahuan baru atau tidak. Kemudian, log out kembali.
Beberapa saat kemudian, Memet datang. Saya dan Memet bersama-sama menuju kantor menggunakan motor milik Memet. Kami sempat tersesat. Tidak melihat plang Tribunpadang.com di seberang kanan jalan. Kami mencari lokasi kantor bermodalkan Google Maps. Saya pun tak begitu lincah menggunakan google maps. Makanya, tersesat. Saya bukan penunjuk arah yang baik.
Singkat cerita, di kantor, saya, teman-teman, dan tim Tribun melakukan berbagai aktivitas. Diawali dengan menyanyikan mars Tribun. Dilanjutkan dengan sharing bersama Mas Krisna Sumargo mengenai reportase. Lalu, turun ke lapangan untuk mencari berita menerapkan reportase dasar. Lapangan yang dipilih untuk pelatihan ialah Pasar Raya, Kota Padang.
Pada umumnya, Pasar Raya kota Padang memang menjadi pilihan masyarakat untuk berbelanja berbagai keperluan. Terutama bahan pokok. Pada kesempatan itu, saya dan teman-teman memilih tema harga bahan pokok sebagai bahan berita.
Pada saat eksekusi di lapangan, ada beberapa yang sangat saya sesalkan. Yaitu manajemen waktu yang tak terkelola dengan baik. Dua jam sebenarnya waktu yang cukup panjang untuk mencari satu berita. Namun, saya tidak memanfaatkan waktu tersebut dengan maksimal.
Saya mendapat tema, harga beras di Pasar Raya Kota Padang. Sepuluh menit pertama saya sibuk survei harga beras. Tak banyak informasi yang saya dapatkan.Pedagang beras pertama yang saya temui, enggan berbicara mengenai harga beras. Pedagang beras kedua yang saya kunjungi, juga begitu. Mereka seakan tak ingin ditanyai soal harga beras. Mereka beralasan, belum salat Zuhur, belum makan, dan lagi sibuk.
Pedagang beras ketiga yang saya temui, cukup memberikan informasi  mengenai harga beras. Di sini saya merasa lega. Wawancara saat itu lancar. Selang beberapa menit, wawancara dengan pedagang tersebut selesai. Saya mencari narasumber selanjutnya.
Dalam pencarian narasumber selanjutnya cukup sulit. Pedagang beras ada yang tidak mau bicara, sibuk main catur, dan banyak alasan lain. Saya harus memutar otak untuk mendapatkan informasi soal harga beras. Akhirnya, saya pura-pura membeli beras di tempat Pak Mas, salah satu pedagang beras. Walaupun pada akhirnya saya tidak jadi membeli, saya hanya menawar beras tersebut dan membandingkan dengan harga bulan sebelumnya yang sempat tinggi. Dengan cara ini, saya cukup mendapatkan informasi dari pedagang tersebut.
Setelah itu, saya kembali ke tempat parkir. Bertemu dengan teman-teman lain. Ada satu hal menarik yang saya temui ketika berada di tempat parkir. Di tengah jalan, ada bak penampungan sampah. Bak tersebut sudah penuh terisi oleh sampah-sampah. Bahkan jumlahnya melebihi batas ukuran. Panjang 2 meter, lebar dua meter, dan tinggi dua meter. Ada sampah organik dan anorganik. Sayur-sayuran membusuk. Plastik berserakan di sekeliling bak. Bau menyengat tercium oleh saya.
Menurut saya letak bak sampah tersebut tidak strategis. Sebab, berada di tengah jalan. Sekitar 1 meter, di sebelah kanan bak tersebut, ada motor berjajar. Ada dua motor di sana pada saat itu. Ada juga penjual papaya dan penjual bawang. Di sebelah kiri bak itu ada mobil pengangkut barang yang sedang menaikan barang dagangan. Di depan dan belakang bak tersebut merupakan jalan yang bisa dilalui pembeli untuk berbelanja.
Saya semakin tak enak memandang ke arah bak sampah itu karena di sana seorang pria berdiri menghadap ke bak sampah sambil buang air kecil. Pria itu memakai baju motif tentara Republik Indonesia. Memakai topi  berwarna hitam yang terbalik. Celana compang-camping. Dia tak berdiri tegap saat itu. Dia berdiri sambil menoleh ke arah kanan. Benar-benar tak peduli sekelilingnya.
Beberapa orang tertawa melihat tingkah pria tersebut. Kebanyakan orang acuh. Barangkali, pria tersebut jiwanya tidak sehat, asumsi saya. Saya berpikir, mengapa orang seperti itu tidak ditegur oleh masyarakat di sana? Mengapa tidak diamankan? Atau dilaporkan ke dinas sosial? Entahlah, saya juga kurang tahu. Saya mengambil foto pria tersebut.
Usai wawancara dan memotret, saya membuat narasi. Saya membuat narasi di atas motor selama perjalanan pulang ke kantor. Tak banyak paragraf berita yang saya kembangkan. Begitupun dengan deksripsi.
Banyak saran dan masukan ketika tulisan saya di evaluasi. Ini bagus untuk perkembangan cara menulis saya. Saya masih harus belajar mengenai penulisan berita straight news. Kemudian, saya harus paham penggunaan Subjek (S), Prediket (P), Objek (O), dan Keterangan (K). Efisiensi kalimat juga harus saya perhatikan. Jangan sampai kalimat yang saya gunakan berbelit-belit sehingga sulit ditangkap oleh pembaca.
Begitupun deksripsi yang saya buat.. Deksripsi saya jauh dari kata lengkap. Tema besar yang saya angkat, sudah tergambar. Namun saya tidak detail melanjutkan deskrispi karena keterbatasan waktu saat itu. Saya tidak memanfaatkan waktu yang diberikan dengan baik. Saya lebih banyak menghabiskan waktu mondar-mandir tak tau arah saat mencari narasumber untuk menanyai harga beras. Sehingga saya melupakan tugas deksripsi menarik tentang suatu topik.
Menyenangkan. Saya bertemu orang-orang hebat dengan pengalaman yang luar biasa. Semoga saya terlatih menulis hingga tulisan saya lebih baik. Tentu ini harus dibarengi dengan niat dan kemauan saya untuk belajar lebih giat lagi. Saya harus mengatur waktu agar aktivitas yang saya lakukan produktif.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

40 Hari di Nagari Penuh Mitos

Resep dan Cara Membuat Dendeng Balado Basah yang Dipadukan Sambal Lado Merah

Leader Syndrome, Kebiasaan Buruk Pemimpin Masa Kini